Rainbow and Cloud sedang dalam fase kebebasan berpikir dan berekspresi, sebuah hasil terbaik dari perkembangan sosial dalam beberapa dekade terakhir. Namun, realitasnya sering kali tidak sesuai dengan harapan. Kritik terhadap suatu kelompok atau individu dari berbagai aspek dan komentar faktual sering dianggap sebagai celaan oleh pihak yang memiliki pandangan berbeda, diikuti oleh pengikut mereka. Bagaimana kita dapat membuat stimulasi dari kritik serta pendapat tersebut bisa menjadi lebih nyata dan juga layak untuk didiskusikan dengan secara mendalam?
Ostrakisme modern menjadi sebuah landasan dasar bahwasannya konotasi negatif yang sedang dialami siapa pun melalui opini mereka sendiri seharusnya subjektif. Media sosial dijadikan sebagai wadah untuk menyerap sebuah informasi dengan cepat dan gamblang, tidak lagi mengenal isi yang lebih penting dari pada judul besar sendiri sebagai media berita utama, lalu menjadi senjata bagi masyarakat kita. Media sosial ini menjadi alat yang bisa meracuni stigma untuk mengikuti arahan yang sedang disebarkan dan membuat aktivitas menjadi keruh.
Dalam era modern ini, media sosial sudah berevolusi menjadi salah satu outlet utama sebagai media untuk menyebarkan segala informasi dan membentuk opini publik. Namun, pengaruh serta peran media sosial itu sendiri juga membawa sebuah tantangan baru terkait dengan kontrol narasi itu sendiri dan pengaruh terhadap sudut pandang masyarakat. Hal ini menciptakan lahan baru untuk kontrol, baik oleh kelompok ataupun individu, yang dapat menghasilkan situasi di mana kebenaran objektif seringkali tertutup oleh opini subjektif.
Problematika ini yang menjadikan katalis dasar bagi Rainbow and Cloud yang diberi label “Kurator Narasi”. Perseteruan-perseteruan yang terjadi semakin hangat ini, lalu sebuah objek yang dipopulerkan melalui terpampangnya sebuah berita utama yang dijadikan sebagai rajanya lalu menjadi sebuah sorotan mata tanpa henti dengan dalih sebagai bentuk manuver untuk bisa berkata apapun dengan tanpa landasan riset yang pasti.
Rainbow and Cloud mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial saat ini melalui musik mereka, di mana kebenaran seringkali terdistorsi oleh kepentingan pihak tertentu. Nada-nada balutan distorsi yang keras menggambarkan sebuah kemarahan dan kekesalan atas situasi tersebut, menghadirkan serta mangadaptasi aroma musik pada era 80-an sampai 90-an.
Hegemoni masyarakat menjadi liar. “Rasional telah mati!” merupakan sebuah penggalan lirik yang dilantangkan dengan tegas dan lugas untuk menyatakan bagaimana hegemoni yang sedang terjadi secara fakta serta begitu sangat masif. Luapan amarah dengan iringan tempo yang dimainkan menuai kesadaran ketika opini seseorang mampu meyakini semua orang dengan alasan yang tidak berdasar dan tidak mau mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Ini merupakan cara kami mengatakan ‘Sialan’ pada Cancel Culture, seolah-olah ada pihak yang sangat berhak berperan sebagai kurator atas perilaku atau pendapat. Dan pada level individu tersebut, saat kita hanya mau mendengar sebuah kritik atau pendapat yang nyaman ditelinga untuk didengar, artinya kita sedang dalam masalah. Musik yang terdengar sangat agresif adalah bentuk keselarasan kemarahan kami akan hal tersebut,” ungkap Enzi.
Lagu “Pecandu” merupakan sekuel dari lagu yang dirilis pada bulan Agustus lalu sebagai respons terhadap situasi sekarang yang harus dipertimbangkan sebagai isu serius. Pengaplikasian melalui sebuah karya merupakan bentuk nyata suara yang seharusnya membuka pola pikir masyarakat untuk bisa lebih bijak dalam memilah sebuah informasi.
Rainbow and Cloud melalui musiknya, mengajak kita semua untuk lebih kritis dalam menerima dan menyebarkan informasi. Era media sosial membawa kebebasan berpendapat yang lebih luas, tetapi juga menuntut tanggung jawab lebih besar dalam menyaring dan memahami informasi. Karya mereka menjadi cermin dari kondisi sosial saat ini, sekaligus sebagai pengingat bahwa kebenaran harus tetap dijaga dan dipertahankan di tengah derasnya arus opini subjektif yang mengalir di media sosial.